A Man Called Ahok

“Respect was invented to cover the empty place where love should be.” – Leo Tolstoy

Sempet lupa kalau lagi baca buku ini (e-book lebih tepat). Baca dari sebelum jaman pilkada sampai kemarin hakim ketok palu dan baru dikebut baca lagi hari ini.

Sesuai dengan judulnya, buku ini tentang kisah Ahok di Belitung. Si Kurawa ngiter-ngiter keliling Belitung demi mengupas tuntas semua tentang Ahok. Tentang masa kecilnya, tentang masa sekolahnya, tentang cerita yang melatar belakangi Ahok jadi pejabat, cerita Ahok dari guru-guru dan teman-temannya, bahkan cerita dari orang-orang yang pernah gak suka sama Ahok ataupun yang masih gak suka sama Ahok.

Cerita yang paling bikin aku takjub adalah cerita-cerita dari para haters nya Ahok. Salah satunya adalah Pak Kani yang mempropagandakan mengapa harus memilih pemimpin “kafir” jika masih
ada calon lain yang seiman waktu jaman-jaman Ahok jadi calon gubernur Belitung.

Pak Kani ini seorang kepala desa yang disegani warganya. Dengan mayoritas penduduk muslim di desanya, Pak Kani bergerilya di masjid-masjid agar masyarakat tidak memilih Ahok. Dan hasilnya, Ahok kalah jauh di desa Pak Kani, walau ujung-ujungnya Ahok tetap jadi Bupati Belitung. Tapi katanya Pak Kani tetap puas, dia katakan ke warga yang penting desa kita sudah amar ma’ruf nahi mungkar, tidak pilih kafir menang. Hmm..

Tapi, nyatanya setelah menjadi bupati, Pak Kani melihat bahwa Ahok berbeda dengan orang-orang lain. dia pikir #AHOK akan balas dendam karena yang sudah-sudah, jika ada paslon yang menang pilkada, dia akan “matiin” daerah lawannya. Tapi ternyata yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. Ahok malah datang dan membantu pembangunan masjid di desa Pak Kani, dalam waktu kurang dari 2 hari, bantuan dananya turun.

Katanya kan "Don't judge a book by it's cover", tapi kebanyakan orang melakukan hal yang sebaliknya.

Actually, I'm not really into politic. Baca berita tentang politik cuma kadang-kadang dan lebih seringnya denger-denger dari orang karena kebanyakan berita politik akhir-akhir ini isinya bukan berita tapi drama. Duh..

Tapi, -terlepas dari siapa itu Ahok, apa asal-usulnya, apa agamanya, apa etnisnya- pada kenyataannya Ahok hanya melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Hasil kerjanya jelas.

Aku ingat kalau Jakarta pernah dilanda banjir besar waktu aku masih kuliah, sekitar tahun 2012 atau 2013 barangkali. Itu adalah banjir pertama yang aku rasakan. Di daerah kota (sekitar Sudriman-HI) saja banjir sampai bermeter-meter, gak tau lagi bagaimana nasib orang-orang di pemukiman. Tapi, sekarang hampir semua lokasi Jakarta sudah dibenahi, gak ada lagi tuh banjir besar-besaran seperti dulu.

Sebut juga tempat-tempat seperti Kalijodo yang kini sudah dirapikan jadi nyaman dipakai untuk orang umum; warga-warga di pinggiran digusur dan diberikan tempat tinggal yang lebih layak; sebut juga pungli-pungli yang dulu merajalela. Ada acara di Blok M yang namanya Ennichisai (Little Tokyo) yang digelar setiap tahun. Dan acara itu sempat mau diberhentikan tahun 2015 lalu karena banyak punglinya (hiks..), tapi Ahok turun tangan dan acara Ennichisai akhirnya tetap digelar sampai sekarang.

Maksudku, hei, apa ini rasa terima kasih masyarakat pada seorang pemimpin yang telah memberikan dampak yang baik bagi Jakarta? #mulaigeregetan

Hasil gambar untuk mark twain kindness quotes https://quotefancy.com

Mark Twain said, "Kindness is the language which the deaf can hear and the blind can see." May be, only the idiots who can't see what kindness is.

Tulisan si Kurawa ini setidaknya bikin kita melek, "oh begini loh ternyata Ahok." Dan sebenarnya juga isinya fair karena memuat cerita dari orang-orang yang suka dan tidak suka sama Ahok. Cuma gaya penulisan ala Twitter bikin aku pusing bacanya.

Comments

Popular Posts